Setelah mendengar kasus kematian Cliff Muntu penulis jadi teringat akan sebuah budaya kekerasan kampus. Kekerasan dikampus IPDN sebenarnya terjadi juga pada kampus-kampus yang lainnya. Takaran kekerasan tersebut berbeda antar tiap kampus atau tiap jurusan.
Sebenarnya berat juga dengan cerita ini tetapi ini adalah kenyataan, apakah hal ini adalah merupakan sebuah hal yang salah atau hal yang benar, maka anda sendiri yang akan menilai.
Cara penerimaan anggota himpunan atau anggota senat dikampusku terdiri dari 3 bagian yaitu ospek universitas/institut, ospek fakultas dan terakhir adalah ospek jurusan. Dan jika anda ingin ikut dengan organisasi kampus yang lainnya lagi (ekstra)maka anda akan mendapatkan lagi cara penerimaan pada organisasi kampus tersebut.
Menurut pendapat saya ospek Institut/Universitas tidak terlalu keras disini tidak terlalu begitu banyak senior yang turun langsung, tetapi ketika masuk ke ospek fakultas disinilah terjadinya kekerasan yang menjadi kesenangan para senior. Hukuman yang biasa terjadi berupa tamparan, tendangan, push up, sit up, dll. Hal tersebut merupakan hal biasa dan menjadi sebuah kesenangan bagi senior yang memang menyukai kekerasan atau menyukai penindasan. Kenapa saya lebih suka menyebut kekerasan atau penindasan, karena mereka memberi hukuman tanpa melihat sebab akibat. Layaknya sebuah hukuman terjadi karena ada kesalahan. Namun hal ini juga terjadi walau tanpa ada kesalahan. Tetapi andai juga ada kesalahan maka hukuman fisik tetap salah untuk sebuah lembaga pendidikan non militer.
Disinilah para pengecut bekerja, mereka menampar ketika mata tertutup, mereka menampar ketika tidak ada kesalahan yang terjadi. Mungkin banyak yang berkata itu kan hanya sebuat tamparan tidak ada yang salah dengan itu.
Ya banyak alasan yang dikatakan bahwa itu untuk pengkondisian agar mereka nurut dengan seniornya dan para junior tersebut tidak belagu dan alasan lainnya.
Kesenangan senior yang lainnya adalah ketika harus ada ospek himpunan dimana dalam hal ini para peserta dibawa keluar dari kampus. Ya disini juga terjadi kegiatan yang positif dan negatif dan lagi-lagi kekerasan adalah bumbu penyedap dengan alasan agar mereka ikut dengan semua kegiatan dengan patuh. Yang saya soroti disini adalah hal bentuk kekerasan yang dilakukan dengan alasan disiplin, pertanyaannya apakah Harus ?
Ada sebuah kegiatan dimana pada malam terakhir terdapat pengenalan angkatan. Pengenalan angkatan disini artinya tindakan apapun boleh dilakukan oleh pihak senior, misal suruh makan jengkol, kadang terdapat hal-hal yang diluar batas kemanusiaan(maaf tidak dijelaskan). Tamparan adalah bumbu lagi tanpa mengatakan kesalahan junior, langsung bilang "KAMU KAMU KAMU" plak plak plak, semua kebagian. Hehehe pengecut, sisi positif nya mana ???. Sisi positif hanya ada bagi para senior yang terganggu jiwanya. Ada juga senior yang tidak mencintai kekerasan biasanya dia hanya diam cengengesan dan ketika kebagian memperkenalkan diri dia kemudian memperkenalkan diri sesudah itu beres. Ada senior yang hanya teriak-teriak dan bentak-bentak, tapi kalau hanya bentak-bentak menurutku gak apa-apa wong hanya bentak bentak.
Ya ya ya yang kubicarakan adalah aksi kekerasan yang bagi senior adalah hal sepele. Cuma tamparan kok.
Ada satu sistem pendidikan yang dipakai oleh salah satu organisasi pecinta alam, rule nya mudah tanpa tamparan dan kekerasan. Jika anda tidak suka dengan aturan main (yang sudah dibuat tanpa menyertakan kekerasan sedikitpun) atau anda sudah tidak mau patuh dengan senior anda maka silahkan anda mengundurkan diri langsung dan hal tersebut difasilitasi.
Turut berduka buat Cliff Muntu salah satu Mahasiswa IPDN
Monday, April 09, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
Bos..lagi mengenang jaman baheula nya ospek di jurusan he..he...
Tah eta memang judulna mah mempertahankan budaya kaya taklid buta gitu loh...saya termasuk pelaku dan korban juga kok....:-)
Post a Comment